Link Live Dari Ustazah Muzayyanah @ustazahmuzayyanah : (20+) Facebook
Bab 19 : Pendengki Lebih Rendah Daripada Yang Didengki
Kedengkian (hasad) itu seperti makanan masin yang sentiasa merapuhkan tulang. Hasad itu juga seperti penyakit kronik yang selalu merosakkan tubuh secara perlahan-lahan sehingga membusuk. Ada ungkapan : “Tidak ada yang menyenangkan dari seorang pendengki, kerana ia akan selalu menjadi musuh dalam selimut. “Ada pula orang-orang yang berkata seperti ini: “Celaka benar seorang pendengki; memulai dengan persahabatan dan mengakhiri dengan pembunuhan.
Saya berusaha mencegah diri peribadi saya dan juga anda agar tidak mengidap penyakit dengki. Ini merupakan wujud kasih-sayang saya terhadap diri saya sendiri dan terhadap anda sebelum dapat mencurahkan kasih-sayang kepada orang-orang lain. Bagaimana pun, dengan dengki terhadap orang lain, kita sama halnya dengan memberi makan kesedihan kepada daging-daging kita, memberi minum kegelisahan kepada darah kita dan menyebarkan rasa mengantuk pelupuk mata kita kepada orang lain.
Seorang pendengki itu, ibarat orang yang menyalakan pemanggang roti, lalu setelah panas ia memasukkan dirinya sendiri ke dalam pemanggang itu. Keresahan, kecemasan dan kegelisahan hidup merupakan penyakit-penyakit yang dilahirkan oleh sifat dengki untuk mengakhiri ketenteraman, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup. Bencana besar yang menimpa seorang pendengki adalah dikeranakan ia selalu melawan qadha (ketentuan Allah), menuduh Allah tidak adil dalam kebaikanNya, melecehkan syariat, dan selalu menyeleweng dari ajaran-ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sesungguhnya kedengkian itu merupakan penyakit yang tidak bakal mendatangkan pahala, dan juga bukan cubaan yang akan mendatangkan balasan baik dari Allah bagi para pelakunya. Seorang pendengki akan selalu panas ketika melihat orang lain mendapatkan kenikmatan dan kelebihan. Dan itu akan berlanjut sampai ia mati, atau terkadang sampai kenikmatan orang lain tadi sudah tidak ada lagi.
Semua orang boleh diajak bersahabat, kecuali seorang pendengki. Sebab seorang pendengki akan selalu membawa kita agar meremehkan nikmat-nikmat Allah, menanggalkan semua keperibadian baik kita, melepaskan ciri kehormatan kita dan meninggalkan semua sejarah baik kita. Itulah hal-hal yang akan membuat seorang pendengki menerima – meski mungkin dengan berat hati – anda sebagai sahabatnya. Akan tetapi, bukankah kita harus berlindung kepada Allah dari kejahatan seorang pendengki ketika mendengki?
Betapapun, seorang pendengki itu tetap seperti ular hitam berbisa yang tidak akan pernah diam sebelum menyemburkan bisanya pada tubuh yang tidak berdosa.
Sesungguhnya saya peringatkan anda agar jangan sekali-kali cuba untuk memiliki rasa dengki. Berlindunglah kepada Allah agar tidak bergaul dengan seorang pendengki, kerana Dialah yang selalu mengawasi anda!.
- Sumber : Kitab La Tahzan : Jangan Bersedih (Don’t Be Sad) Setelah Kesulitan Pasti ada Kemudahan. Penulis : Dr Aidh Bin Abdullah Al-Qarni (Penterjemah: Noraine Abu).
- (Ditaip semula dari Kitab La Tahzan sebagai bacaan bersama).