ANGGOTA BADAN SALING MENGUCAPKAN SELAMAT TINGGAL DI SAAT KEMATIAN

Rasulullah SAW menyatakan bila datang sakaratul maut semua anggota badan mengucapkan selamat tinggal antara satu sama lain. Tangan kanan berkata kepada tangan kiri, “Wahai tangan kiri.. aku akan berpisah denganmu dan kamu akan berpisah denganku.”

Kaki kanan berkata kepada kaki kiri, “Wahai kaki kiri.. hari ini kita berpisahlah.”

Lalu gigi atas berkata kepada gigi bawah, “Kita berpisah hari ini..”

Bibir atas berkata kepada bibir bawah, dan seterusnya. Setiap anggota badan kita ini saling mengucapkan selamat tinggal. “Selamat tinggal.. kita akan berpisah.”

Seluruh anggota jasad ini akan mengalami proses penghancuran, satu-persatu. Kaki kita, lutut.. semua. Nabi SAW kata, “Rawatlah, hadapilah sakaratul maut dengan cara yang baik..”

Maka jasad-jasad, anggota badan ini bilamana melakukan ketaatan, kebaikan mereka akan bergembira dengan perpisahan itu kerana mereka selama bersama, dalam ketaatan kepada Allah.

  • Kaki kanan dan kiri, seiring ke masjid
  • Tangan kanan dan kiri seiring dalam melakukan infak
  • Bibir atas, bawah seiring berzikir, memuji, berdoa kepada Allah
  • Mata kanan kiri seiring dalam melihat kebaikan dan kebesaran Allah

Seluruh badan ini saling mengucapkan selamat tinggal, dan saling tahniah atas kebaikan yang dilakukan. Maka ini diajarkan oleh Nabi SAW supaya kita ini, setiap anggota badan kita ini ciptalah kebaikan supaya mereka kelak) berpisah dengan baik.

Sebab itu mana-mana antara anggota kita buat jahat, maka cepat-cepat gantikan kejahatan tadi dengan kebaikan. Kata Nabi SAW, “Ikutilah kejahatan itu dengan kebaikan..”

Sumber Facebook : TOKKU PASIR GUDANG

Wanita Dengan 159 Kucing

Di sebuah apartemen tua yang tersembunyi di sudut kota, hiduplah seorang wanita bernama Amelia. Amelia adalah seorang pecinta kucing yang tak tergoyahkan. Dia memiliki 159 kucing, dan salah satunya adalah Jibot.
Jibot adalah kucing berbulu hitam dengan mata hijau yang tajam.

Dia selalu berusaha mencari makanan di antara sisa-sisa makanan yang Amelia berikan. Kehidupan Jibot penuh dengan perjuangan. Setiap hari, dia harus bersaing dengan kucing lain untuk mendapatkan sepotong roti atau sisa ikan.

Amelia mencintai Jibot, tetapi dia tidak bisa memberikan perhatian yang cukup. Apartemennya kotor dan berantakan. Kotoran kucing menumpuk di sudut-sudut ruangan. Amelia terlalu lelah untuk membersihkannya. Dia hanya ingin memberikan tempat berlindung bagi kucing-kucing yang tidak diinginkan.

Suatu malam, Jibot terbaring lemah di atas lantai yang dingin. Matanya sayu, dan tubuhnya gemetar. Amelia duduk di sampingnya, mengelus bulu hitam Jibot dengan lembut.

“Maaf, Jibot,” bisik Amelia. “Aku tidak bisa memberikanmu lebih banyak lagi.”
Jibot menatap Amelia dengan mata lemah. Dia tahu bahwa akhirnya telah tiba. Dia merasa lapar dan lelah. Namun, ada kehangatan dalam tatapan Amelia yang membuatnya merasa tenang.

Amelia mengambil Jibot ke pangkuannya. Dia memeluknya erat-erat. “Kau adalah temanku yang setia, Jibot. Aku berharap aku bisa memberikanmu lebih banyak lagi.”
Jibot mengepulkan napas terakhirnya. Amelia menangis, mengubur wajahnya di bulu hitam Jibot. Dia merasakan getaran lemah dari tubuh kucing yang pergi.

Keesokan harinya, Amelia membersihkan apartemennya dengan tekad baru. Dia menyapu kotoran dan membersihkan sudut-sudut ruangan. Dia menggantungkan foto Jibot di dinding dan menempatkan bunga di bawahnya.

Tiba-tiba, dia mendengar suara lemah di balik pintu. Ketika dia membukanya, dia terkejut melihat seekor kucing kecil berbulu hitam dengan mata hijau yang tajam. Kucing itu mirip dengan Jibot.

Amelia tersenyum. “Halo, Jibot Junior,” katanya. “Ayo, mari kita bersama-sama menciptakan kehangatan yang lebih baik.”
Dan begitulah, Jibot Junior menjadi teman setia Amelia. Dia mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Jibot, dan apartemen itu kembali dipenuhi dengan kehangatan.

Amelia belajar dari kesalahannya. Dia menyadari bahwa cinta dan perhatian adalah hal yang paling berharga. Meskipun Jibot telah pergi, dia meninggalkan jejak kehangatan di hati Amelia.

Dan kini, setiap kali Amelia melihat Jibot Junior, dia tahu bahwa cinta dan perhatian tidak pernah mati. Mereka hanya berpindah dari satu hati ke hati lainnya, membentuk ikatan yang tak terputuskan.

Jibot dan Kehangatan Terakhir mengajarkan kita tentang arti sejati dari cinta dan pengorbanan. Meskipun kucing-kucing itu hanya seekor hewan, mereka mampu mengubah hidup seseorang dengan kehadiran mereka. 🐾💕 #ceritakucing #jibot

Sumber Facebook: Kucing Lucu

HITAM KULITNYA, GENDUT PERUTNYA TAPI DOANYA MUSTAJAB

Disebutkan dalam hadis Qudsi, Allah berfirman tentang hamba-hamba Allah yang telah dicintai oleh Allah, Allah Taala menyatakan (maksudnya),

“Kalau hambaKu itu berdoa kepadaKu akan Aku mustajabkan. Dan jika dia berlindung kepadaKu, Aku lindunginya.”

Di antara tanda kecintaan Allah Taala kepada seorang hamba – cinta ada pangkat (level). Umpama,

  • orang berpangkat tinggi, cakapannya sedikit dan orang dengar. Dia beri arahan, orang patuh
  • orang pangkat rendah sedikit, dia komen, mengadu nanti akan diperhatikan juga namun perlu masa

Orang awam macam kita, komen jalan berlubang dua bulan in shaa Allah ditutup lubang. Tapi orang besar dia komen lubang yang sama dalam berapa minit, siap!

Bila orang itu dekat dengan Allah antara tandanya doa dia cepat mustajab. Fudhail bin Iyadh, dia ada masalah penyakit batu karang (dalam bahasa hari ini) sukar nak buang air kecil, ada waktunya maka salah-seorang khadamnya melihatnya sukar kencing tiba-tiba Fudhail angkat tangannya dan berkata,

“Ya Allah demi kecintaanku kepadaMu Engkau sembuhkanlah penyakit ini..”

Maka Allah sembuhkan. Terus dia sembuh, itu tanda kemustajaban doa dan itu tanda mahabbah (cinta).

Contoh, analogi mudah bila kita sayang seseorang dan dia mintak sesuatu, cepat tak dapat? Kita sayang dia dan dia sayang kita, dia minta hari ini maka hari ini jugak kita hantar. Kita takkan berlama-lama.

Kita bacakan hadis, kisah yang banyak bagaimana kemustajaban doa para kekasih Allah, begitu cepat. Allah berikan kepada mereka. Satu kisah oleh Imam Ibn Jauzi dalam kitab Sifatu-Safwa diceritakan daripada Malik bin Dinar RA seorang Tabiin meninggal sekitar tahun 101 / 110 Hijriyah.

Kata Malik bin Dinar,
‘Suatu hari aku masuk satu masjid di Basrah, aku lihat ramai orang berkumpul. Ternyata mereka berkumpul dari solat Zuhur ke Isyak, ramai penuh. Aku tanyakan mereka:

“Kenapa kamu semua berkumpul..?”

“Kami ni dah berbulan tak hujan.. tak tau nak buat apa sehingga telaga kami kering, sungai-sungai kami juga begitu maka kami berdoa daripada Zuhur ke Isyak, ini hari ke-2.”

Malik bin Dinar pun berkata, “Baiklah, saya ikut sekali..”

Maka mereka pun berdoa sampai Asar, solat Asar dan berdoa hingga Maghrib dan berdoa hingga Isyak dan balik rumah. Malik bin Dinar di Kota Basrah itu takda rumah, duduk di tempat lain. Maka tak tau nak ke mana, maka Malik bin Dinar duduk di masjid.

Kata Malik bin Dinar, “Sedang saya duduk di masjid berseorangan, tiba-tiba ada seorang lelaki masuk dan dia tak perasan saya ada di dalam masjid, orangnya hitam perutnya buncit. Dia ada satu pakaian yang dia tutup di badannya dan satu lagi kain diletakkan di bahunya.”

Kata Malik bin Dinar, “Saya melihat lelaki itu dia berada di masjid dan berdoa kepada Allah. Diperhatikan dan saya mendengar doanya: “Ya Allah.. Engkau menghalang hujan daripada turun di negeriMu untuk mengajar / mendidik hamba-hambaMu. Ya Allah Engkau Tuhan yang Pemurah, yang Lembut, Tuhan yang diketahui semua makhluk akan pemurahnya maka Engkau turunkanlah hujan untuk mereka waktu ini dan waktu ini..”

Kata Malik bin Dinar, waktu lelaki berkulit hitam itu turunkan tanganya (selesai berdoa), diperhatikan awan-awan mula bergerak, tengah malam dan hujan turun dengan begitu cepat. Maka lelaki itu keluar dari masjid, Malik bin Dinar pun ikut lelaki itu bagi mengenalinya. Diikut sehingga ikut, sampai ke jalan sempit penuh lecak, Malik bin Dinar tak mengikutnya lagi oleh kerana malam gelap dan kembali ke masjid sehingga ke solat Subuh.

Setelah solat Malik bin Dinar nak mencari rumah lelaki tersebut, maka dia pergi. Tiba-tiba yang dia nampak adalah satu rumah besar, dan tempat tadi tempat jual hamba yang ramai.

Maka kata Malik bin Dinar, “Saya nak beli salah-seorang hamba di sini.”

Maka orang kaya dari rumah besar itu pun keluarkan semua hamba dia, yang tinggi – rendah, dikeluarkan semua. Ada gemuk, ada comel. Satu pun Malik bin Dinar suka, dan ditanyakan: “Ada hamba-hamba yang lain?”

Kata orang kaya itu, “Inilah hamba-hamba yang kami ada, tiada yang lain.”

Tiba-tiba diperhatikan di sebelah rumah besar itu ada rumah buruk, ditanyakan: “Itu rumah siapa..?”

Dijawab oleh orang kaya itu, “Itu rumah seorang hamba, tapi dia tu tak guna sangat. Dia tak guna sangat.”

Maka Malik bin Dinar pun tengok ke rumah itu, dilihat itulah hamba yang dilihat di waktu malam. Orangnya perut buncit, kulit hitam dan hidung kemik, tak dilihat keistimewaannya. Maka Malik bin Dinar kata,

“Aku nak beli hamba ni.”

Kata lelaki kaya itu, “Takda faedah pun hamba ni, kamu nak beli.. nak beli jugak? Beli dengan harga murah saja dahlah.”

Dijual dengan harga murah. Maka Malik bin Dinar pun beli hamba itu, di sepanjang perjalanan hamba itu tak mengangkat mukanya, tunduk. Sampai ke rumah hamba itu pun bertanya,

“Tuan kenapa beli saya? Nak hamba kuat, ramai lagi. Nak hamba lawa ada ramai lagi hamba yang lain..”

Lalu kata Malik bin Dinar, “Bukan, aku melihat satu kejadian di dalam masjid dan kamu tak memerhatikan aku. Kamu berdoa kepada Allah dan aku melihat Allah memustajabkan doamu, kerana itu aku beli kamu hamba yang soleh.”

Ini antara contoh, tanda-tanda seorang itu kekasih Allah.

Sumber Facebook:TOKKU PASIR GUDANG