Ibunda Syekh Abdul Qadir adalah seorang wanita salehah. Sejak beliau masih kecil, sang ibu menanamkan satu janji yang harus ia jaga sepanjang hidupnya:
“Wahai anakku, jangan pernah berdusta, apa pun yang terjadi.”
Pesan itu bukan sekadar nasihat, melainkan amanah yang hidup di hatinya.
Diriwayatkan bahwa Syekh Abdul Qadir tidak pernah sekalipun berdusta sejak kecil. Ketika melakukan kesalahan, ia mengaku. Ketika ditanya, ia menjawab apa adanya, meski jawabannya merugikan dirinya sendiri. Kejujuran itu membuatnya tumbuh dengan hati yang bersih dan jiwa yang tenang.
Kejujuran inilah yang kelak tampak jelas dalam peristiwa terkenal saat ia masih remaja, ketika perampok menghadang kafilah dalam perjalanannya menuntut ilmu ke Baghdad. Ia tetap berkata jujur tentang harta yang dimilikinya, meski tahu risikonya besar. Kejujuran itu mengguncang hati para perampok dan menjadi sebab hidayah mereka.
Namun jauh sebelum peristiwa itu, kejujuran telah menjadi napas hidupnya. Ia meyakini bahwa berdusta, sekecil apa pun, akan menggelapkan hati dan memutus pertolongan Allah.
Syekh Abdul Qadir pernah berkata bahwa seorang hamba yang jujur akan dijaga Allah bahkan saat ia lemah, dan akan ditolong meski ia sendirian. Karena itu, ia memilih kejujuran bukan karena ingin dipuji, tetapi karena takut kehilangan penjagaan Allah.
Hingga akhir hayatnya, lisan Syekh Abdul Qadir tetap bersih dari dusta. Allah pun meninggikan derajatnya, bukan hanya karena ilmunya, tetapi karena akhlaknya yang lurus sejak awal kehidupan.
Kisah ini mengajarkan bahwa kejujuran bukan kebiasaan yang datang tiba-tiba, melainkan buah dari pendidikan iman sejak kecil. Siapa yang menjaga kejujuran di awal hidupnya, Allah akan menjaganya hingga akhir.
SyekhAbdulQadirJailani
KejujuranSejakDini
AkhlakMulia
DidikanIbu
WaliAllah
TeladanUlama
IslamicWisdom
InspirasiIman
JujurKarenaAllah
KisahIslami
Sumber FB : Kisah Islami
