Jom Istiqamah Solat Sunat Dhuha

Di antara waktu-waktu yang penuh rahmat, ada satu masa di mana pintu rezeki dibuka seluas-luasnya dan hati dilapangkan dengan ketenangan. Itulah waktu dhuha. Di saat kebanyakan orang sibuk dengan urusan dunia, Allah memanggil hamba-hamba-Nya untuk datang menghadap, walau sekejap, dalam sujud yang sunyi.

Rasulullah SAW bersabda: “Pada pagi hari, setiap sendi salah seorang di antara kamu harus bersedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, dan mencukupinya dari semua itu adalah dua rakaat yang dilakukan pada waktu dhuha.” (Riwayat Muslim)

Solat dhuha adalah tanda syukur atas tubuh yang sihat, langkah yang masih mampu berjalan, dan nikmat kehidupan yang kita nikmati tanpa sedar. Dua rakaat yang ringan ini mampu menjadi asbab diampunkan dosa dan diluaskan rezeki, sebagaimana janji Rasulullah SAW bahawa Allah akan mencukupkan keperluan hamba-Nya yang menjaga solat ini.

Istiqamah dalam dhuha bukan bermakna kita tidak akan diuji, tetapi kita akan diberi kekuatan luar biasa untuk menghadapi ujian itu. Setiap kali kita mengangkat takbir di waktu dhuha, kita sedang mengakui bahawa rezeki bukan hanya dari usaha, tetapi dari izin dan rahmat Allah.

Jangan biarkan hari-hari berlalu tanpa mengisi waktu ini dengan sujud dan doa. Walau hanya dua rakaat, ia adalah pelaburan akhirat yang nilainya tidak terbanding. Jika mampu, tambahkan menjadi empat, enam, atau lapan rakaat — kerana semakin banyak kita memberi waktu kepada Allah, semakin banyak Allah membalas dengan kebaikan.

Mulakan hari esok dengan tekad baru. Jadikan dhuha sebagai teman setia setiap pagi. Biar dunia melihat kita sibuk, tetapi hati kita sentiasa punya ruang untuk berdiri di hadapan Allah, meminta dan memuji-Nya. Kerana sesungguhnya, siapa yang menjaga hubungan dengan Allah di waktu lapang, akan dijaga Allah di waktu sempit.

EBOOK RM1 – PANDUAN SOLAT SUNAT, ZIKIR, DOA, AMALAN, RAMADHAN, UMRAH, MATHURAT & TAUBAT

💠 RM1 untuk 1 Ebook

💠 Ada 26 Ebook, boleh pilih tajuk yang anda mahu

📲 Klik sini untuk order: https://wa.me/60134588163?text=ebookCeramah

Jom Join Telegram Channel Ceramah Ustaz & Ustazah

📌 Perkongsian tazkirah harian yang menyentuh hati

📲 Klik sini untuk join: https://t.me/ceramahustazdanustazah

Fitnah – Api yang Membakar Tanpa Asap

Fitnah itu senjata lama yang tidak pernah berkarat. Ia dicipta oleh hati yang dipenuhi benci, disebarkan oleh mereka yang tidak bijak menilai, dan akhirnya dipercayai oleh mereka yang tidak mahu mencari kebenaran. Inilah racun yang perlahan-lahan merosakkan ukhuwah, mengoyakkan keluarga, menghancurkan persahabatan, bahkan menumbangkan sebuah negara.

Rasulullah SAW bersabda: “Cukuplah seseorang itu dikira berdusta apabila dia menceritakan setiap apa yang didengarnya.” (Hadis sahih riwayat Muslim no. 5). Bahaya fitnah bukan hanya pada orang yang mereka-reka cerita, tetapi juga pada mereka yang tergesa-gesa menyebarkannya tanpa menyemak kebenaran.

Firman Allah dalam Surah al-Hujurat ayat 6:

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kamu seorang fasik membawa suatu berita, maka selidikilah kebenarannya, agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, sehingga kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Fitnah ibarat api yang disulut di tengah padang kering. Sedikit percikan mampu membakar segalanya. Kadang, ia bermula dari satu bisikan kecil, dari satu kata yang diputar belit. Namun apabila sampai kepada telinga yang salah, ia membesar menjadi kebencian yang meluap-luap.

Orang yang beriman tidak memberi ruang kepada fitnah untuk hidup. Mereka menahan lidah daripada menyebarkan keburukan yang tidak pasti, bahkan berusaha memadamnya dengan kata-kata yang benar. Kerana mereka tahu, setiap kata akan ditulis oleh malaikat, dan setiap dusta akan dituntut di hadapan Allah kelak.

Sejarah telah mengajar kita, fitnah mampu menjatuhkan pemimpin yang adil, memecahkan kaum yang bersatu, dan meragut nyawa yang tidak bersalah. Betapa ramai yang dihukum sebelum sempat membela diri, hanya kerana fitnah lebih pantas daripada kebenaran.

Maka, jangan jadi pencipta fitnah, jangan jadi penyambung fitnah, dan jangan jadi pendengar yang pasif. Jadilah pemadam api, bukan penyulutnya. Kerana fitnah itu sekali tersebar, kesannya jarang dapat dipadam sepenuhnya.

EBOOK RM1 – PANDUAN SOLAT SUNAT, ZIKIR, DOA, AMALAN, RAMADHAN, UMRAH, MATHURAT & TAUBAT

💠 RM1 untuk 1 Ebook

💠 Ada 26 Ebook, boleh pilih tajuk yang anda mahu

📲 Klik sini untuk order: https://wa.me/60134588163?text=ebookCeramah

Jom Join Telegram Channel Ceramah Ustaz & Ustazah

📌 Perkongsian tazkirah harian yang menyentuh hati

📲 Klik sini untuk join: https://t.me/ceramahustazdanustazah

Belajar Diam Saat Marah

Marah itu api. Ia membakar dengan cepat, membutakan mata hati, dan menghilangkan pertimbangan waras. Sekali ia menyala, lidah menjadi senjata yang paling tajam. Dalam beberapa saat, kata-kata yang tidak pernah kita niatkan boleh keluar tanpa disedari. Kata-kata itu melukai, dan luka yang ditinggalkan di hati orang lain tidak selalu mudah sembuh.

Rasulullah SAW memberi panduan yang begitu indah. Daripada Abu Hurairah RA, Baginda bersabda: “Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam perlawanan gusti, tetapi orang kuat itu adalah orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah.” (Hadis sahih riwayat al-Bukhari dan Muslim). Kekuatan sebenar bukan pada otot atau suara yang lantang, tetapi pada hati yang mampu menahan diri daripada melepaskan kemarahan.

Ketika marah, diam adalah penyelamat. Ambil langkah ke belakang, keluar dari tempat yang menyesakkan dada, dan beri ruang kepada hati untuk tenang. Rasulullah SAW mengajarkan, jika kita marah dalam keadaan berdiri, duduklah. Jika masih marah, berbaringlah. Dan jika kemarahan masih terasa membara, berwuduklah kerana marah itu daripada syaitan dan air memadamkan api.

Marah itu fitrah, namun mengawalnya adalah pilihan. Tidak kira marah itu kepada pasangan, adik-beradik, kawan-kawan, atau sesiapa sahaja, diam adalah langkah bijak. Diam memberi masa untuk berfikir, mengelakkan kita daripada mengucapkan sesuatu yang kelak kita sesali. Diam juga membuka ruang untuk doa, kerana saat marah adalah saat kita paling memerlukan bantuan Allah untuk menundukkan ego.

Ada banyak hubungan yang hancur bukan kerana kesalahan besar, tetapi kerana kata-kata yang keluar di saat marah. Sebuah keluarga boleh retak, persahabatan boleh musnah, dan hati yang dulu penuh kasih boleh bertukar menjadi dingin hanya kerana lidah yang tidak dijaga. Maka, jadikan diam sebagai benteng, dan sabar sebagai senjata.

Marah akan reda, tetapi kata-kata akan kekal. Menahan marah bukan tanda kita kalah, tetapi tanda kita matang. Setiap kali kita berjaya menahan lidah daripada melukai, kita sedang melindungi hati orang lain dan menjaga kehormatan diri sendiri di sisi Allah.

EBOOK RM1 – PANDUAN SOLAT SUNAT, ZIKIR, DOA, AMALAN, RAMADHAN, UMRAH, MATHURAT & TAUBAT

Jom Join Telegram Channel Ceramah Ustaz & Ustazah

📌 Perkongsian tazkirah harian yang menyentuh hati

📲 Klik sini untuk join: https://t.me/ceramahustazdanustazah

cara menggunakan diam sebagai senjata dalam percakapan, dirancang agar mudah dibaca dan relate dengan kondisi zaman sekarang.

  1. Berhenti Sejenak Setelah Orang Lain Selesai Bicara
    Dalam dunia yang serba cepat dan penuh dengan notifikasi, kita sering terburu-buru ingin langsung merespons. Cobalah untuk tidak langsung mengisi kesunyian yang terbentuk setelah seseorang selesai berbicara. Diam selama 2-3 detik ini menunjukkan bahwa kamu benar-benar memproses dan menghargai apa yang baru saja dikatakan, bukan sekadar menunggu giliran untuk bicara. Hal ini membuat lawan bicara merasa didengarkan secara lebih mendalam.
  2. Gunakan untuk Membuat Poin Kamu Lebih Berdampak
    Setelah kamu menyampaikan sebuah poin atau argumen yang penting, berhentilah. Jangan terburu-buru menjelaskannya lebih lanjut atau menambahkan hal lain. Diam yang disengaja setelah pernyataan kuat memberi ruang bagi audiens untuk mencerna maknanya. Dalam negosiasi atau presentasi, teknik ini membuat perkataanmu terasa lebih berbobot dan penuh perhitungan.
  3. Jawab Pertanyaan dengan Diam Sebelum Berbicara
    Ketika mendapat pertanyaan yang menantang, provokatif, atau menjebak, jangan panik dan langsung menjawab. Tatap mata si penanya, dan diamlah sejenak. Diam di sini bukan tanda kebingungan, melainkan simbol bahwa kamu tenang dan sedang memikirkan respons terbaik. Di era media sosial di mana setiap ucapan bisa direkam dan diviralkan, diam sejenak bisa menyelamatkanmu dari mengatakan hal yang tidak tepat.
  4. Jadikan Senjata untuk Mendeteksi Keaslian
    Orang sering merasa tidak nyaman dengan keheningan dan akan berusaha mengisinya. Kamu bisa menggunakan ini untuk keuntunganmu. Dalam situasi seperti wawancara atau percakapan mendalam, setelah kamu diam, biarkan lawan bicara yang berbicara lebih dulu. Seringkali, mereka akan mengungkapkan informasi lebih banyak, mengklarifikasi perkataan, atau bahkan menunjukkan niatan aslinya hanya untuk memecahkan kesunyian.
  5. Kontrol Emosi dan Reaksimu
    Diam adalah bentuk kontrol diri yang paling elegan. Ketimatika menghadapi kritik pedas atau komentar menjengkelkan di kolom komentar online maupun offline, reaksi instan biasanya hanya akan memperkeruh suasana. Dengan memilih untuk tidak langsung bereaksi dan diam (tidak merespons atau menunda respons), kamu mengambil alih kendali atas emosi dan situasi. Kamu terlihat lebih dewasa dan tidak mudah diprovokasi.
  6. Tunjukkan Ketidaksetujuan tanpa Perlu Berkata-Kata
    Terkadang, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan kata-kata justru mengurangi nilainya. Ekspresi wajah yang tenang disertai diam yang singkat bisa mengirimkan sinyal yang sangat kuat bahwa kamu tidak setuju atau tidak terkesan dengan suatu pernyataan. Ini jauh lebih powerful daripada berdebat karena membuat pihak lain bertanya-tanya dan mempertimbangkan ulang perkataannya sendiri.
  7. Beri Ruang untuk Refleksi dan Introspeksi
    Dalam percakapan yang emosional atau berat, gunakan diam sebagai jeda untuk bernapas dan merenung. Katakan, “Boleh kita berhenti sejenak? Aku butuh waktu untuk memikirkan ini.” Ini menunjukkan bahwa kamu menganggap serius percakapan tersebut dan tidak ingin mengatakan sesuatu yang akan disesali. Di zaman yang penuh dengan hustle culture, melambatkan percakapan justru adalah sebuah kekuatan.
  8. Tingkatkan Daya Ingat dan Perhatian
    Saat kamu tidak sibuk memikirkan respons, kamu bisa benar-benar fokus mendengarkan. Otakmu memiliki lebih banyak sumber daya untuk mencerna informasi, mengingat detail, dan menangkap nuansa dalam percakapan. Ini membuatmu menjadi komunikator yang lebih efektif karena respons yang kamu berikan nantinya akan lebih relevan dan tajam.

Inti dari menggunakan diam sebagai senjata adalah tentang kesadaran penuh. Itu adalah pengingat bahwa dalam dunia yang begitu bising, kekuatan seringkali datang dari mereka yang mampu untuk tidak mengatakan apa-apa, dan justru mendapatkan lebih banyak dengan melakukannya.

Sumber FB : Muhammad Salim Akhbar

[AMALAN YANG MEMASUKKAN MANUSIA KE SYURGA & MENJAUHKAN DARI NERAKA]

Nikmatnya membaca hadith ini.
Di akhir hadith, Rasulullah SAW berpesan agar menjaga LIDAH.

🌟Daripada Mu’adz ibn Jabal r.a. beliau berkata: Aku berkata:

Ya Rasulullah! Terangkan padaku suatu amalan yang boleh memasukkan aku ke dalam syurga dan menjauhkan aku daripada api neraka.

Baginda bersabda:

🌹Sesungguhnya engkau telah bertanya suatu perkara besar, namun sesungguhnya ia adalah ringan bagi orang yang dipermudah oleh Allah;

🌹iaitu engkau menyembah Allah, jangan mensyirikkanNya dengan sesuatu, engkau mendirikan solat, menunaikan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan mengerjakan haji ke Baitullah.

Kemudian Baginda bersabda:
Apakah engkau mahu aku tunjukkan beberapa pintu kebajikan?

🌹Puasa itu adalah perisai, sedekah dapat memadamkan dosa umpama air memadamkan api dan solat seorang lelaki di tengah malam.

Kemudian Baginda membaca ayat al-Qur’an yang bererti: { Mereka merenggangkan diri dari tempat tidur, (sedikit sangat tidur, kerana mengerjakan solat tahajjud dan amal-amal soleh); mereka sentiasa berdoa kepada Tuhan mereka dengan perasaan takut (akan kemurkaanNya) serta dengan perasaan ingin memperolehi lagi (keredaanNya); dan mereka selalu pula mendermakan sebahagian dari apa yang Kami beri kepada mereka.
Maka tidak ada seseorang pun yang mengetahui satu persatu persediaan yang telah dirahsiakan untuk mereka (dari segala jenis nikmat) yang amat indah dipandang dan mengembirakan, sebagai balasan bagi amal-amal soleh yang mereka telah kerjakan }.

🌹Kemudian Baginda bersabda: Apakah engkau mahu aku khabarkan kepadamu tunggak segala amal, tiang-tiangnya dan puncaknya?

Aku berkata: Mahu ya Rasulullah!

Baginda bersabda:
🌹Tunggak amalan ialah lslam, tiang-tiangnya ialah solat dan puncaknya ialah jihad.

Kemudian Baginda bersabda: Apakah engkau mahu aku khabarkan kepadamu kunci segala perkara tersebut?

Aku berkata: Mahu ya Rasulullah!

🌹Lalu Baginda memegang LIDAH Baginda seraya bersabda:

Peliharalah benda ini! (Lidah)

Aku berkata: Ya Nabi Allah! Adakah kita akan diseksa lantaran apa yang dibicarakannya?

Baginda bersabda: lbumu akan kehilanganmu wahai Mu’az! Tiadalah manusia itu dihumbankan mukanya
– atau Baginda bersabda – dihumbankan batang hidungnya ke dalam api neraka
kecuali kerana hasil tanaman lidah-lidah mereka.

[Hadis riwayat al-lmam al-Tirmizi. Beliau berkata ia adalah hadis sahih]

tahsinmadinah

Sumber FB :Ustazah Ainul Mardihah

Ada masa…kita dah cuba buat yang terbaik.Kita dah ikhlas, kita dah jaga hati orang.Tapi tetap ada yang tak suka, tetap ada yang mencari salah.

Lebih pedih bila orang balas dengan kejahatan,
hingga kita tertanya… “Apa salah aku sebenarnya?”

Hakikatnya, bukan semua hati kita mampu puaskan.
Dan bukan semua orang mampu lihat kebaikan yang kita sedang pertahankan.

Maka… lepaskan.
Jangan simpan luka itu lama-lama.
Serahkan pada Allah.
Biarlah Dia yang uruskan balasan, kerana Dia Maha Adil.

Allah sudah berfirman:

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, tetapi barang siapa memaafkan dan memperbaiki, maka pahalanya dari Allah.”
(Surah Asy-Syura: 40)

Teruskan hidup dengan sabar dan ikhlas.
Kerana Allah tahu segalanya, meski manusia tak pernah balas.

(Kenangan di atas train bersama ayahanda bonda jemaah haji fiddi Felda Travel. 40 hari yang masih harum bau rindunya untuk dicium. Semoga Allah jaga mereka semuanya baik2 sahaja)

Sumber FB : Ustazah Nazirah Abu Bakar

Bagaimana cara menghadapinya dengan elegan tanpa kehilangan harga diri? Berikut tips dan trik lengkap yang bisa kamu terapkan:

  1. Tetap Tenang dan Jangan Terpancing
    Reaksi pertama saat diremehkan biasanya adalah emosi—marah, kesal, atau ingin membalas. Tapi, justru di sinilah kesempatanmu menunjukkan kedewasaan. Tarik napas dalam-dalam, tetap tenang, dan jangan biarkan kata-kata mereka mengontrol perasaanmu. Orang yang meremehkan seringkali mencari reaksi, dan ketika kamu tidak memberikannya, mereka justru kehilangan bahan untuk terus merendahkanmu.
  2. Tunjukkan Prestasi Nyata, Bukan Omong Kosong
    Daripada sibuk membalas ucapan merendahkan, fokuslah pada tindakan. Buktikan dengan karya, pencapaian, atau perkembangan dirimu yang nyata. Orang-orang akan kesulitan meremehkanmu ketika mereka melihat konsistensi dan hasil kerjamu. Di era sekarang, di mana segala sesuatu bisa diverifikasi lewat portofolio, medsos profesional, atau track record, biarkan pencapaianmu yang berbicara.
  3. Gunakan Humor untuk Melunakkan Situasi
    Humor adalah senjata ampuh menghadapi sikap merendahkan. Alih-alih tersinggung, balas dengan candaan yang cerdas. Misalnya, jika seseorang berkata kamu kayaknya nggak bisa ngapa-ngapain, deh, kamu bisa jawab dengan santai, iya, makanya aku belajar dari kamu yang kayaknya bisa ngapa-ngapain. Dengan begitu, kamu tidak terlihat defensif, tapi juga tidak membiarkan dirimu diinjak-injak.
  4. Jadikan Kritik sebagai Bahan Evaluasi Diri
    Tidak semua ucapan meremehkan berasal dari niat buruk. Kadang, ada kritik yang terselip meski disampaikan dengan cara kurang baik. Coba ambil sisi positifnya—apakah ada hal yang memang perlu kamu perbaiki? Jika iya, jadikan motivasi. Jika tidak, abaikan saja. Di era informasi seperti sekarang, kemampuan memfilter omongan orang adalah keterampilan penting.
  5. Batasi Interaksi jika Diperlukan
    Jika seseorang terus-menerus meremehkanmu tanpa alasan jelas, mungkin ini saatnya menjauh. Kamu tidak perlu memaksakan diri berteman atau berinteraksi dengan orang yang toxic. Lingkungan yang sehat akan membantumu tumbuh lebih baik. Di zaman sekarang, di mana mental health sudah jadi perhatian besar, memilih pergaulan adalah bentuk self-care.
  6. Tingkatkan Kepercayaan Dirimu
    Seringkali, orang meremehkan karena mereka sendiri insecure. Jika kamu percaya diri, omongan mereka tidak akan menggoyahkanmu. Mulailah dengan mengapresiasi dirimu sendiri, mengembangkan skill baru, atau bergaul dengan orang-orang yang mendukungmu. Semakin kuat mentalmu, semakin kecil pengaruh ucapan negatif orang lain.
  7. Ingat: Kesuksesan adalah Balas Dendam Terbaik
    Daripada membuang energi untuk membalas omongan orang, lebih baik fokus pada tujuanmu. Ketika kamu sukses, mereka yang dulu meremehkan akan terdiam sendiri. Di dunia yang serba kompetitif seperti sekarang, action speaks louder than words.

Penutup
Menghadapi orang yang meremehkan memang tidak mudah, tapi dengan pendekatan yang elegan, kamu justru bisa keluar sebagai pemenang. Jadikan setiap cibiran sebagai batu loncatan, bukan penghalang. Yang terpenting, tetaplah menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri—karena pada akhirnya, hidupmu bukan tentang mereka, tapi tentang bagaimana kamu menanggapi setiap tantangan dengan bijak.

Semoga tips ini membantumu menghadapi situasi sulit dengan lebih percaya diri!

Disukai orang lain merupakan suatu kebahagian yang hanya kita sendiri merasakannya. Melihat orang senang bertemu dengan kita saja, sudah membuat suasana hati berbunga-bunga.

Nah, untuk membuat orang lain senang bertemu dengan kita tentunya ada beberapa cara yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bagaimana sikap kita yang mempengaruhi perasaan orang lain.

Untuk membuat orang lain senang bertemu denganmu, ada beberapa sikap yang bisa kamu tunjukkan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  1. Ramah dan Hangat.
    Tunjukkan sikap ramah dan hangat ketika bertemu dengan orang lain. Sapa mereka dengan senyum dan salam yang ramah. Sikap yang positif dan penuh kehangatan akan membuat orang lain merasa diterima dan dihargai.
  2. Pendengar.
    Ketika berbicara dengan orang lain, tunjukkan ketertarikan pada apa yang mereka katakan. Dengarkan dengan penuh perhatian dan hindari interupsi yang tidak perlu. Ini akan membuat orang lain merasa dihargai dan penting.
  3. Empati.
    Cobalah untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain. Menunjukkan empati akan membuat orang lain merasa didengar dan dipahami, sehingga mereka akan merasa nyaman berbicara denganmu.
  4. Tidak Menghakimi.
    Jaga sikap terbuka dan hindari menghakimi orang lain berdasarkan penampilan, latar belakang, atau pandangan mereka. Menghormati perbedaan pendapat akan membuat orang lain merasa diterima dan dihargai sebagai individu.
  5. Memberi Dukungan.
    Jika ada kesempatan, bantu orang lain dengan memberikan dukungan atau bantuan yang mereka butuhkan. Sikap empati dan kepedulian akan membuat mereka merasa dihargai dan senang bertemu denganmu.
  6. Menunjukkan Minat.
    Tanyakan tentang hobi, minat, atau kegiatan kesukaan orang lain. Tunjukkan minat dan apresiasi pada hal-hal yang mereka sukai. Ini akan membantu menciptakan ikatan dan membuat mereka senang berbicara denganmu.
  7. Sikap Sopan.
    Selalu bersikap sopan dan menghormati orang lain, termasuk pada saat berbicara, berinteraksi, atau bekerja sama. Sikap sopan akan membawa kebaikan dalam setiap pertemuan.
  8. Jujur
    Ketika berbicara dengan jujur, kamu akan mencegah konflik dan kesalahpahaman yang mungkin muncul karena informasi yang salah atau tersembunyi. Jujur membantu menciptakan keharmonisan dalam hubungan dan membuat orang lain merasa nyaman berbicara denganmu.

Sikap jujur memancarkan kesederhanaan, karena kamu tidak mencoba menyembunyikan siapa dirimu atau berpura-pura menjadi orang lain. Ini membuat orang lain merasa lebih mudah untuk berinteraksi denganmu karena mereka merasa kamu adalah versi diri yang autentik.

Sumber FB : Kasih Tulus 16/8/2025

Tutup semua cerita hidup kita dengan Allah.

Allah sebagai penutup segala kisah, tempat akhir segala pengaduan dan destinasi terakhir setiap perjalanan jiwa.

Mengajak kita untuk tidak bergantung kepada manusia tetapi menyerahkan seluruh cerita hidup kepada Tuhan yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

Tutup semua cerita hidup kita dengan Allah,
bukan dengan manusia, bukan dengan dunia
tapi dengan Tuhan yang mencipta segalanya-galanya.

Cerita luka
Cerita gembira.
Cerita kecewa.
Cerita harapan.

Semua itu, serahkan kepada-Nya.

Kerana hanya Allah yang faham,
tanpa perlu diperjelaskan,
hanya Allah yang tahu,
tanpa perlu diceritakan.

Akhirnya, kita akan kembali kepada-Nya.
Maka biarlah cerita hidup kita, berakhir dengan reda-Nya, cinta-Nya dan keampunan-Nya.

Tutup semua cerita dengan syukur, doa yang tulus dan hati yang pasrah.

Cerita kita semuanya tentang kesan perbuatan Allah atas setiap perkara.

.

Kuliah Ustaz Baihaqi di Pondok Cahaya

.

Dik, kadang-kadang senjata paling kuat dalam hidup ni… bukan mulut, tapi diam.

Bukan sebab kita kalah.
Bukan sebab kita tak mampu lawan.
Tapi sebab kita sedar, tak semua pertempuran perlu kita sertai.

Ada orang, bila kita jawab, dia tak dengar.
Bila kita terangkan, dia tak nak faham.
Bila kita cuba betulkan, dia cari lagi silap kita untuk menang.

Kalau kita terus layan, akhirnya kita bukan saja penat, tapi kita kehilangan diri sendiri dalam perbualan yang tak pernah habis.

Diam bukan bermaksud kita setuju.
Diam tu kadang tanda kita pilih untuk simpan tenaga kita untuk benda yang lebih penting.

Allah dah pesan dalam Al-Quran, “Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang selamat.” (Surah Al-Furqan, 25:63)

Maknanya, bukan semua orang layak kita habiskan masa untuk berdebat.

Kalau kita jawab dengan cara yang baik atau kita pilih untuk tidak membalas langsung, itu pun satu bentuk kemenangan.

Tapi Abang nak ingatkan… jangan guna “diam” sebagai alasan untuk lari dari tanggungjawab.

Kalau kita salah, mengaku.
Kalau kita kena perbaiki, buat.

Diam tu hanya berharga bila kita gunakannya pada masa yang tepat dik, masa yang akan selamatkan maruah dan hati kita.

Kadang… diam tu bukan tanda kau lemah, tapi tanda kita cukup kuat untuk tak perlu buktikan apa-apa pada sesiapa.

Sebab kita tahu, masa dan perbuatan kita akan bercakap lebih kuat dari seribu ayat.

Setuju?

.
.
Sumber FB : Shauqi Hasan
Justice for Zara.