MENEMUKAN KEBAHAGIAAN DI DALAM DIRI KITA SENDIRI

Menemukan Kebahagiaan di Dalam Diri Kita Sendiri
Hardi dan Tini adalah pengantin baru. Lahir dan besar dari keluarga petani desa, mereka berdua pun mulai menjalani kehidupan baru sebagai petani.
Pagi-pagi Hardi dan Tini sudah pergi ke sawah, menggarap sebidang tanah pemberian orang tua. Badan dan pakaian mereka kotor penuh lumpur sawah.

Belum selesai mengurus sawahnya, hujan turun dengan deras. Mereka berdua segera berlari pulang ke rumah melewati jalan setapak.
Bergandengan tangan di bawah guyuran hujan yang deras, seakan tidak peduli dengan kondisi yang mereka hadapi.

Dengan berlari kecil akhirnya mereka sampai di jalan raya. Di jalan itu mereka melihat seseorang naik sepeda kayuh. Mereka berpikir, alangkah bahagianya kalau punya sepeda kayuh. Bisa cepat sampai di rumah dan tidak usah berlarian saat hujan.

Mereka tidak tahu bahwa orang yang naik sepeda kayuh itu saat melintas motor di depannya berpikiran serupa. “Alangkah bahagianya aku kalau punya sepeda motor. Tidak perlu capek mengayuh dan bisa lebih cepat sampai tujuan”.

Mereka tidak tahu bahwa orang yang naik sepeda motor itu saat melintas mobil di depannya berpikiran serupa. “Alangkah bahagianya aku kalau punya mobil. Pasti lebih nyaman dan tidak perlu kehujanan”.

Mereka tidak tahu bahwa orang yang naik mobil itu saat melintas mobil mewah di depannya berpikiran serupa. “Alangkah bahagianya aku kalau punya mobil mewah seperti itu. Pasti sangat nyaman dan menyenangkan”.
Mereka pun tidak tahu bahwa orang yang naik mobil mewah mengkilat itu saat melihat sepasang anak muda pengantin baru melintas di depannya, berpikiran serupa.

“Alangkah bahagianya anak muda itu. Meskipun tampak sederhana, baju mereka kotor oleh lumpur sawah, namun mereka ceria bergandengan tangan di bawah hujan”.

“Saya dengan segala kesibukan tidak sempat lagi menggandeng tangan istri. Apalagi berduaan di bawah rintik hujan seperti mereka. Alangkah bahagia hidup mereka berdua”.

Jadi siapa sebenarnya yang bahagia? Orang sering menyebut kondisi itu dengan istilah “rumput tetangga lebih hijau dari rumput sendiri”. Orang mengira, orang lain lebih bahagia daripada dirinya.
Benarkah? Lalu mengapa mereka tidak bahagia?

Itu karena mereka MENCARI KEBAHAGIAAN DARI ORANG LAIN. Selama mereka mencari kebahagiaan dari orang lain, mereka tidak akan pernah menemukannya. Mereka akan selalu merasa menderita dan menganggap orang lain yang lebih bahagia.

Namun kalau kita mencari kebahagiaan dari dalam diri kita sendiri, kita pasti akan menemukannya.

Lihatlah ke dalam diri sendiri. Syukuri semua nikmat karunia yang Allah berikan kepada kita. Rasakan hadirnya kebahagiaan yang mengalir dalam setiap tarikan dan hembusan nafas kita.

Rasakan hadirnya kebahagiaan dalam setiap detak jantung dan aliran darah kita.

Alhamdulillah.
Alhamdulillah.
Alhamdulillah.
Bahagia itu begitu nyata. Ada di dalam diri kita.
Semoga yang membagikan pesan ini bisa segera berjodoh dengan orang yang di cintainya. bahagia di dunia sampai akhirat kelak. aamiin.

Sumber : Mukjizat Doa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *