Kisah Teladan

KISAH TELADAN

Seorang lelaki Amerika berjalan ke sebuah restoran di London. Sebaik sahaja dia masuk, dia melihat seorang lelaki Afrika duduk di sudut restoran itu.

Jadi dia berjalan ke kaunter, dikeluarkan dompetnya dan menjerit, “Waiter! Aku mahu membeli makanan untuk semua orang di restoran ini, kecuali lelaki hitam Afrika di sana!”

Jadi pelayan mengumpulkan wang daripada lelaki itu dan mula memberikan makanan percuma kepada semua orang di restoran itu, kecuali si Afrika.

Walau bagaimanapun, tanpa rasa kecewa, si Afrika hanya melihat pada lelaki Amerika dan menjerit, “Terima kasih!”

Dengan rasa amat marah, lelaki Amerika itu mengeluarkan dompetnya dan menjerit sekali lagi, “Waiter! Kali ini aku membeli minuman dan makanan tambahan untuk semua orang disiini, kecuali si Afrika di sudut sana!”

Pelayan terus mengumpulkan wang daripada lelaki itu dan mula memberikan makanan percuma dan minuman kepada semua orang kecuali si Afrika.

Apabila pelayan selesai memberi makanan dan minuman… Sekali lagi tanpa rasa marah, malah si Afrika tadi hanya tersenyum kepada lelaki Amerika dan menjerit,
“Terima kasih!”

Lelaki Amerika itu semakin marah. Sambil dia bersandar di kaunter dan berkata kepada para pelayan: “Apa yang tidak kena dengan lelaki Afrika itu?

Aku telah membeli makanan dan minuman untuk semua orang di sini kecuali dia, dia bukannya menjadi marah, akan tetapi dia hanya duduk di sana malah tersenyum padaku sambil menjerit “Terima kasih.”
Adakah dia gila”

Pelayan itu tersenyum pada lelaki Amerika dan berkata, “Tidak, dia tidak gila. Dia adalah pemilik restoran ini”

Mungkin anda nampak seseorang seperti musuh anda tetapi tanpa anda sedari dia memihak kepada anda.

MARAH

Jauhi kemarahan. Ia hanya akan menyakitkan diri anda sendiri!

Jika anda betul maka tidak ada keperluan untuk marah,

Dan jika anda salah maka anda tidak mempunyai apa-apa hak untuk marah.

SABAR

Sabar dengan keluarga adalah Kasih
Sabar dengan orang lain adalah Hormat
Kesabaran dengan diri adalah keyakinan dan kesabaran pada Allah ialah Iman.

BERFIKIR

Jangan sekali-kali berfikir tentang Masa Lampau, Ia suatu Penderitaan …
Jangan berfikir lebih mengenai Masa Depan, ia menjadikan anda lebih Takut …

Hadapi kehidupan ini dengan senyuman, Ia akan membawa Kebahagiaan

Setiap ujian yg getir dalam kehidupan kita di harapkan akan memberi kita kekuatan utk terus memperbaiki diri kita.

Emas tulin diuji dgn api, kita manusia diuji dgn setiap masalah.

Setiap masalah datang sama ada untuk mengeratkan atau menghancurkan sebuah perhubungan.

Pilihan adalah milik kita sama ada kita menjadi mangsa atau sebaliknya.

Sesuatu yang CANTIK itu tidak semuanya baik, akan tetapi sesuatu yg BAIK itu selalunya CANTIK.

Adakah anda tahu mengapa Allah menciptakan ruang antara jari?

Supaya seseorang yang terbaik datang dan mengisi ruang-ruang itu dgn memegang tangan anda utk selama-lamanya.

Kebahagiaan menjadikan kita Manis.. kemanisan akan membawa Kebahagiaan.

Wallahu’alam

Sumber:

Sdr Syamsul Debat
Personaliti TV Al-Hijrah
Presiden ADAM
Duta Rasmi HB Travel dan KRS Travel

#adminigfanpagefacebookSSD

MAAFKAN DAN BERLAPANG DADA – SATU PEKERJAAN YANG SULIT

MAAFKAN DAN BERLAPANG DADA – SATU PERKERJAAN YANG SULIT

Pemaaf adalah sifat yang sangat terpuji yang Allah sifatkan kepada hamba-hamba-Nya yang bertaqwa. Karena beratnya amalan ini, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala mengutip secara khusus dalam Surat Ali Imran ayat 133-134;

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Sudah jamak dalam kehidupan kita, meminta maaf dan memaafkan adalah pekerjaan yang maha berat. Meski sudah menyadari kesalahan namun meminta maaf kepada mereka yang telah didzalimi dan disakiti bukan perkara yang mudah.

Ada semacam ego atau gengsi yang mencegah seseorang untuk mengatakan, “Aku minta maaf, aku telah bersalah.”

Terkadang orang lebih suka melakukan apa pun yang lebih sulit daripada meminta maaf. Dan ini merupakan salah satu bentuk kesombongan karena ia merasa sedemikian mulia sehingga malu dan tidak bersedia untuk minta maaf.

Sebaliknya, meski bisa menahan sakit akibat kedzaliman orang lain, memberi maaf juga bukan perkara yang mudah. Ada semacam rasa sakit yang tergores yang seakan-akan tidak bisa lepas dari ingatan dan akan senantiasa membekas.

Padahal Islam mengajarkan kepada kita untuk menjadi pribadi yang berlapang dada dan pemaaf.

Sebagaimana yang pernah disinggung oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bahwa manusia adalah tempat salah dan dosa. Memberi maaf orang atas kesalahan yang mungkin tidak disengajanya termasuk keutamaan tersendiri bagi orang yang tersakiti.

Rasululllah bersabda,

ثَلَاثٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْداً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

“Ada tiga golongan yang berani bersumpah untuknya, tidaklah berkurang harta karena shodaqoh, dan tidaklah menambah bagi seorang pemaaf melainkan kemulyaan, dan tidaklah seseorang bertawadhu’ (rendah hati) melainkan akan diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR.Tirmidzi)

Rasulullah juga menjelaskan bahwa balasan bagi orang yang memaafkan kesalahan orang lain adalah Surga. Beliau bersabda dalam hadits Ibnu Abbas;

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ يُنَادِي مُنَادٍ فَيَقُولُ : أَيْنَ الْعَافُونَ عَنِ النَّاسِ ؟ هَلُمُّوا إِلَى رَبِّكُمْ خُذُوا أُجُورَكُمْ ، وَحَقَّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ إِذَا عَفَا أَنْ يُدْخِلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ ” .

“Kelak pada hari kiamat, ada pemanggil yang menyeru, “Dimanakah orang-orang yang memaafkan orang lain? Kemarilah kepada Rabb kalian dan ambillah pahala kalian!” Dan wajib bagi setiap muslim bila suka memaafkan maka Allah masukkan dia ke dalam Surganya.” (HR Ad Dhahahak dari Ibnu Abbas)

Islam mengajarkan pada umatnya bahwa memberi maaf tak menunjukkan seseorang itu lemah karena tidak mampu membalas. Sebab memaafkan orang lain terutama seseorang mampu membalas merupakan kemuliaan karena ia belajar dari sifat-sifat Allah, yaitu Al-‘Afuwwu Al-Qoodiru (Yang Maha Memaafkan dan Maha Berkuasa).

Janji Allah, siapa yang memaafkan disaat dia mampu membalas, ia akan meraih Surga Allah.

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُشْرَفَ لَهُ الْبُنْيَانُ ، وَتُرْفَعَ لَهُ الدَّرَجَاتُ فَلْيَعْفُ عَمَّنْ ظَلَمَهُ ، وَلْيُعْطِ مَنْ حَرَمَهُ ، وَلْيَصِلْ مَنْ قَطَعَهُ ”

“Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangunan di Surga, hendaknya ia memaafkan orang yang mendzaliminya, memberi orang yang bakhil padanya dan menyambung silaturahmi kepada orang yang memutuskannya.” (HR. Thabrani).

Kredit: Hidayatullah.com
#bicarahidayah

Makna Bahagia..

Selalu orang tersilap faham makna bahagia dalam hidup ini. Kata mereka kalau kita mampu puaskan hati semua orang itulah hakikat bahagia yang sebenarnya. Sehingga kadang-kadang hidup dia pula yang entah kemana.

Dalam hidup ini kalau yang kita cari adalah redha manusia. Pujian dan sanjungan daripada manusia. Percayalah kita tak akan mampu dan kita juga tak akan mampu nak memuaskan hati semua orang. Baik mana pun kita tak semua orang suka dan boleh terima diri kita seadanya. Tetap saja kita masih tak nampak sempurna di mata mereka.

Saat kita ada melakukan kesilapan walaupun kesilapan itu hanyalah nampak kecil. Mungkin saat itu segala kebaikan, pengorbanan yang pernah kita lakukan selama ini seolah-olah tak bermakna. Bahkan yang lebih dasyatnya lagi kita sudah tidak lagi di hargai.

Tapi cuba kalau hidup ini kita hidup kerana Allah, yang kita cari adalah pandangan redha daripada Allah, yakinlah segalanya pasti akan berjalan seiring dengan redhanya Tuhan.

Saat masalah mendatang kita masih mampu untuk ukir senyuman walaupun hati kita koyak rabak. Kita tak tunjuk kepada manusia bukan kerana kita masih mampu berdiri di atas kaki sendiri. Tapi kerana kita simpan rasa peritnya ujian itu untuk kita luahkan kepada yang pemberi ujian iaitu Allah.

Demi Allah kita tidak kuat.
Tapi kerana Allah kita harus kuat.

Sumber:

https://t.me/themuhammadshafri

 

Ujian…

Allah akan uji kita dengan macam-macam cara, macam-macam keadaan, macam-macam orang.

Sesiapa yang berjaya ialah mereka yang tetap teguh dengan solat, mereka yang tetap teguh dengan sabar.

“Wahai orang-orang yang beriman.Mohonlah pertolongan dengan sabar dan solat;sesungguhnya ALLAH beserta dengan orang-orang yang sabar”
(Al-Baqarah:153)

Sumber : Ustaz Ahmad Shukri Yusoff

Hadapilah Cabaran Yang Allah Hantarkan



Hadapilah cabaran yang Allah hantarkan untuk kita dengan tenang & tabah. Bukan bermakna mengambil mudah apa-apa yang terjadi atau turutkan sahaja apa yang berlaku. Tetap kita kena bersusah payah untuk keluar daripada masalah yang sedang kita alami. Usaha itu wajib!

Kita jadikan setiap cabaran yang kita lalui itu sebagai batu loncatan untuk kita jadi lebih kuat & lebih bijak pada masa hadapan.

Indeed, experience is the best teacher!

Sumber : Madinah Di Hati

3 Rahsia Buat Hati Jadi Lapang



Hati atau jiwa yang lapang tidak dapat dibeli dengan wang ringgit. Tidak juga boleh dikutip di kaki lima atau jalanan. Tidak juga hati yang lapang itu dapat dirasai dengan jaminan harta yang bertim-bun banyaknya.

Kita fikir-fikirkan kembali, besar sebenarnya nilai kelapangan hati itu sehingga wang yang banyak bukan menjadi tukarannya.

Bila kita berbicara soal hati, tiada sesiapa yang lebih mengerti melainkan Allah S.W.T dan kita itu sendiri walaupun adakalanya kita akan terkeliru dengan isi hati sendiri.

Urusan kelapangan hati sebenar-benarnya adalah urusan kita dengan Allah. Jika manusia lain seperti kita ini kita dapat tipu dan sembunyikan segala keresahan atau kebimbangan, maka Allah tidak akan sesekali tertipu.

Bila hati yang satu itu tidak lapang, semua serba tidak kena. Kerja juga tidak berjalan dengan lancar bahkan tidak keterlaluan hati juga akan terasa ketandusan terhadap sesuatu. Betul, kan?

Berikut adalah perkara yang perlu kita fikir-fikirkan kembali untuk memiliki hati yang lapang. Tid-aklah terlalu rahsia sebenarnya. Mungkin biasa kedengaran, tetapi tidak biasa kita lakukan.

#1 – Melakukan Kebaikan Demi Kebaikan

Mahukan hati yang lapang? Paling mudah, adalah dengan melakukan kebaikan. Tidak kira kebaikan apa pun. Yang sekecil-kecilnya dan yang sebesar-besarnya.

Melakukan kebaikan termasuk dalam perkara yang boleh mendatangkan kebahagiaan kepada diri sendiri. Seringan-ringan kebaikan adalah senyum kepada orang lain.

Siapa tahu dengan senyuman itu memberi keceriaan kepada seseorang yang mungkin hari yang di-laluinya terasa berat dan panjang.

Melayan orang lain sepertimana kita mahu dilayan dengan baik itu juga adalah kebaikan. Memu-dahkan urusan orang yang berkaitan dengan kita juga adalah kebaikan.

Bercakap dengan sopan dan tidak meninggi-ninggikan suara itu juga satu kebaikan. Memberi laluan kepada kereta di atas jalan raya walhal kita berhak untuk lalu terlebih dahulu juga, adalah satu ke-baikan. Hatta memuat naik status yang baik-baik di laman media sosial, itu adalah kebaikan.

Ada orang, katanya tunggulah diri kita ini jadi baik barulah buat baik dalam semua hal. Kata-kata itu, pada zahirnya ada betulnya. Namun, apa ukuran kebaikan bagi seorang manusia?

Sedang kita ini adalah seorang manusia yang tidak tetap hatinya. Dan kerana itu, jika ada kesem-patan untuk melakukan sebarang kebaikan, maka lakukanlah dengan segera.

Jangan bertunda-tunda, kerana pasti kita akan menyesal kemudian nanti apabila kesempatan untuk melakukan kebaikan itu tidak berulang lagi.

#2 – Bersedekah Dan Janganlah Kikir

Seorang kawan non-muslim saya tertarik dengan penekanan konsep bersedekah dalam Islam. Katanya dia tertarik dengan konsep pemberian atau sedekah yang kita berikan itu sebenarnya bukanlah mengurangkan, bahkan menambahkan lagi.

Benar, sebenarnya sedekah adalah antara faktor dari sekian banyak hal yang mampu menciptakan kedamaian dan kelapangan di dalam dada. Allah berfirman yang bermaksud;

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya kerana mencari keredhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran yang tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.”
Surah al-Baqarah: 265

Kerana itu, harta yang banyak dan bertimbun sesekali tidak pernah menjadikan kelapangan hati itu satu pertaruhan.

Harta yang menimbun tidak membuatkan seseorang itu akan hidup selama-lamanya. Sedekah, infak atau wakaf tidak juga membuatkan seseorang itu miskin atau semakin dekat kepada ajalnya.

Pahala berpanjangan kepada sesiapa yang suka memberi kerana itu janji Allah, walaupun si pemberi sudah bersemadi di alam kubur, bahkan.

#3 – Memberi Pinjaman Kepada Allah

Allah S.W.T berfirman yang maksudnya;

“Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, nescaya Allah akan melipatgandakan (pembalasannya) kepada kamu dan mengampuni kamu.”
Surah at-Taghabun :17

Memberi pinjaman kepada Allah? Apa sebenarnya maksudnya? Adakah Allah memerlukan pin-jaman dari hamba-Nya walhal Allah Maha Kaya dan Pemilik Sekalian Alam? Senyum.

Di dalam kitab Ibnu Katsir, ayat itu ditafsirkan dengan bermaksud seberapa besar pun yang kita nafkahkan, nescaya Allah akan menggantikan dan membalasnya. Hal ini diumpamakan sebagai pin-jaman sebagaimana yang pernah dicatat dalam hadis qudsi,

“Siapakah yang mahu meminjamkan, tanpa kezaliman dan menyeksa diri?”
Riwayat Muslim

Nampak betapa konsep sedekah itu dianggap pinjaman oleh Allah dalam Islam? Allah janji, setiap sedekah yang dikeluarkan, akan diganti semula dengan berkali ganda dari apa yang kita keluarkan. Allah berfirman yang bermaksud;

“Maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipatganda yang banyak.”
Surah al-Baqarah: 245

Jika kita bertanya, Allah ganti dengan bentuk apa? Wallahi, banyak! Salah satunya, adalah Ketenangan Dan Kelapangan Hati kita. Faktor yang terpenting dalam hidup kita, bukan?

Hidup ini, biar jiwa kita terasa lapang untuk membuat perkara-perkara yang Allah suka. Jangan jiwa kita menjadi sempit dan sesak, kerana membuat perkara-perkara yang Allah murka.


Kesimpulan

Sedar atau tidak kita ini, acapkali belenggu yang mengikat jiwa kita adalah dari belenggu yang membuatkan tangan kita terikat.

Harta itu adalah kurniaan, yang membahagiakan. Boleh jadi juga harta itu satu ujian, yang mem-binasakan.

Maka, pilihlah kita menjadi orang yang apabila Allah pinjamkan harta, maka dengan harta itu kita memberi keranan Allah.

Selain itu, dengan harta itu juga kita menyebarkan kebaikan di sekeliling kita. Tidak perlu menunggu untuk membuat kebaikan yang besar-besar.

Jika peluang kecil untuk melakukan kebaikan sudah ada di depan mata, maka teruskan langkah kita.

Sumber: Tazkirah.Net, 7/2/2019 (Khamis) 8.11 am

Kita Hanyalah

KITA HANYALAH

Kita adalah orang yang biasa-biasa saja, bagi orang yang tidak mengenal kita.

Kita adalah orang yang paling dicemburui, bagi orang yang hasad dengki pada kita.

Kita adalah orang yang paling menakjubkan bagi orang yang memahami kita.

Kita adalah orang yang istimewa bagi orang yang mencintai kita.

Kita adalah orang yang jahat di mata orang yang dengki pada kita.

Setiap orang punya pandangan masing-masing. Jangan lelahkan dirimu untuk memperbaiki diri di mata orang lain. Cukuplah ridha Allah bagimu.

Keridhaan manusia adalah sesuatu yang tidak akan tersentuh. Sedangkan keridhaan Allah adalah sesuatu yang tidak mungkin ditinggalkan.

Tinggalkan sesuatu yang tak tersentuh, carilah sesuatu yang tak mungkin ditinggalkan.
(Syaikh at-Thanthawi)

Sumber: Ustazah Fatimah, 6/2/2019

Apabila Allah melapangkan waktu untuk kita melakukan kebaikan seperti solat berjemaah atau menuntut ilmu, maka ketahuilah bahawa Allah sebenarnya ingin memudahkan kita menuju jalan ke syurga.

Sumber : Bahagian Dakwah, Jakim