Taubatan Nasuha

Tujuan penciptaan manusia dan hakikat penciptaan manusia dalam islam semata-mata adalah untuk mengikuti apa yang telah Allah perintahkan, termasuk menjalankan misi khalifah fil Ard. Inilah yang menjadi tujuan hidup menurut islam  juga sebagai konsep manusia dalam islam yang harus diperjuangkan oleh manusia. Dalam pelaksanaannya tentu tidak akan bisa sempurna dan terus menerus sesuai dengan apa yang diharapkan. Tentu ada kesalahan dan kekeliruan.

Setiap manusia pada hakikatnya adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan oleh makhluk-makhluk lainnya. Manusia yang diciptakan dengan sempurna tidak berarti ia tidak bisa melakukan kesalahan dan terbebas dari hukum pahala dan dosa yang Allah tetapkan. Perilaku yang keliru, keji, jahat adalah perilaku yang sangat sering dilakukan oleh manusia.

Perilaku kekeliruan manusia tersebut terjadi bisa karena berbagai macam hal. Misalnya saja karena lebih menggunakan hawa nafsunya, tidak mengerti ilmu pengetahuan yang seharusnya digunakan, kebodohan, atau hal-hal lainnya. Kekeliruan tersebut adalah hal manusiawi yang sangat mungkin terjadi oleh siapa saja, kapan saja, dan dimanapun kita berada.

Mulai sejak zaman Nabi Adam, kekeliruan perilaku sudah terjadi yang menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi berbuat dosa dan salah. Sebagaimana ia melanggar aturan untuk tidak memakan buah khuldi, sedangkan hal tersebut dilanggarnya bersama hawa. Kedosaan pula terjadi pada anak-anaknya ketika berkonflik soal wanita dan akhirnya membunuh karena ingin mendapatkan apa yang diinginkannya.

Di tengah berbagai kekeliruan, kesalahan, kedosaan tersebut Allah tidak senantiasa membiarkan hamba-Nya terjebak pada kenistaan tersebut. Sifat Allah Yang Maha Pengampun, Penerima Taubat, dan juga Memberikan Rahman dan Rahim –Nya tentu akan diberikannya kepada manusia yang juga memiliki misi hidup di dunia ini.

Keadilan Allah sangat luar biasa, dibalik potensi manusia berbuat dosa namun ada banyak peluang untuk berbuat pahala, sedangkan ampunan dan hidayah Allah sangat terbentang bagi manusia sepanjang manusia hidup di dunia. Persoalannya adalah, apakah manusia mau meminta ampunan dan bersungguh-sungguh untuk bertaubat di hadapan Allah SWT.

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa: 31).

Allah meminta manusia untuk senantiasa meminta ampunan-Nya serta mengiringinya dengan taubatan Nasuha. Untuk itu perlu mengetahui apa yang dimaksud dan seluk beluk mengenai taubatan nasuha.

Pengertian Taubatan Nasuha

Secara pengertian Taubatan Nasuha adalah proses taubat yang dilakukan secara bersungguh-sungguh, dengan kebulatan tekad, niat, dan menyempurnakannya dengan usaha untuk memperbaiki diri. Jika taubat dilakukan tanpa usaha dan perbaikan diri, maka taubat yang dilakukan bukanlah taubatan nasuha. Ia hanya sekedar untuk meminta ampunan tapi usaha untuk menjauhi perbuatan dosanya tetap dilakukan.

Taubatan Nasuha, bukanlah hasil yang diraih dengan waktu singkat. Taubatan nasuha adalah proses, sehingga tidak ada hasil yang instan jika ingin melakukan taubatan nasuha. Proses memiliki tahapan-tahapan dan juga keistiqomahan untuk bisa melakukannya.

Untuk melakukan taubatan nasuha maka terdapat langkah-langkah yang harus manusia lakukan sebagai usaha membuktikan diri kepada Allah bahwa kita memang benar-benar ingin bertaubat dan menjauhi segala perbuatan keji dan munkar kembali.

Jika usaha dan berbagai tahapan belum dilakukan, maka tidak bisa digolongkan sebagai taubatan nasuha. Apalagi jika setelah bertaubat tidak jauh setelahnya kembali lagi melakukan kemaksiatan atau melakukan kembali kesalahan yang sama. Sesungguhnya, tidaklah dalam taubat yang bersungguh-sungguh.

Proses Untuk Taubatan Nasuha

Untuk bisa melakukan taubatan nasuha maka ada proses atau tahapan yang harus dilakukan. Hal ini agar taubat yang dilakukan bukanlah taubat yang biasa saja, tanpa ada proses yang mendalam untuk bisa memperbaiki kesahalan diri. Sekali lagi taubatan nasuha bukan hanya sekedar hasil, melainkan proses untuk bisa membenahi diri. Ia membutuhkan kesabaran, keteguhan hati, serta tekad yang kaut untuk meninggalkan kesalahan yang sama. Berikut adalah tahapan yang perlu diperhatikan :

  1. Muhasabah atau Evaluasi Diri

Tahapan awal untuk bisa melakukan taubatan nasuha adalah evaluasi diri. Evaluasi diri berarti melakukan proses perenungan dan penghayatan dirinya, terhadap apa yang salah dan perilaku yang bernilai dosa dihadapan Allah. Tanpa melakukan proses perenungan dan pengahyatan akan kesalahan diri, maka manusia nantinya tidak akan menemukan apa saja kekeliruan dia selama ini. Untuk itu dibutuhkan proses evaluasi diri yang baik dan mendalam.

Hasil evaluasi tersebut adalah karena hasil yang benar-benar berasal dari keinsyafan diri, bukan hanya karena kritik atau evaluasi dari orang lain. Sering kali kita menerima evaluasi diri karena orang lain yang telah memberikannya, sedangkan secara kesadaran atau keinsyafan diri, manusia tidak benar-benar menyadarinya.

Evaluasi diri bukan hanya mengevaluasi atas yang kita sadari salah saja, melainkan mencari-cari apa kesalahan-kesalahan dan dosa yang kita perbuat selama ini agar tidak terjerumus ke dalam jurang yang sama atau melakukannya kembali tanpa sadar. Untuk itu, proses evaluasi diri adalah mengecek apa saja yang kita lakukan bisa berpotensi keliru dan berdosa.

Proses Evaluasi harus dilakukan secara penghayatan mendalam akan diri serta dilakukan secara intens, agar bisa mendetail menyadari kesalahan dan dosa apa yang telah kita perbuat selama ini.

  1. Mengakui dan Menerima Kesalahan Diri

Setelah melakukan evaluasi diri yang mendalam, maka langkah selanjutnya adalah kita mengakui dan menerima kesalahan. Mengakui  atau menerima kesalahan adalah awal langkah untuk meminta ampunan dan proses taubatan nasuha kepada Allah SWT.

Mengakui kesalahan artinya adalah kita mengakui atas hasil muhasabah dan penghayatan diri kita atau apa yang disampaikan orang lain kepada kita, atas perbuatan yang buruk atau bernilai dosa. Tanpa mengakui kesalahan, manusia dalam memohon ampun tidak akan benar-benar melakukannya dengan ikhlas, serendah-rendahnya atau dengan posisi yang benar-benar berserah diri kepada Allah SWT. Untuk itu, pengakuan kesalahan adalah langkah awal untuk melakukan taubatan Nasuha.

Jika hal ini tidak dilakukan maka manusia akan terjebak pada kesombongan diri dan keangkuhan untuk tidak mau mengakui kesalahan-kesalahannya. Padahal, awal untuk bisa melakukan perubahan diri adalah mengakui atau menerima terlebih dahulu kesalahan dirinya. Sifat sombong dalam islam sendiri adalah sikap yang dibenci Allah karena dengan kesombongan manusia tidak bisa melihat kenyataan secara jernih dan objektif.

  1. Melakukan Perbaikan Diri

Melakukan perbaikan diri adalah hal yang wajib dilakukan manusia ketika sudah menyadari kesalahan atau kekeliruan dalam dirinya serta menyadari dampak akan perilaku-perilakunya. Hal inilah yang membuktikan apakah ia bertaubat dengan sungguh-sungguh atau tidak. Orang yang taubatan nasuha akan melakukan perbaikan, menjauhi kedosaan, dan bersungguh-sungguh untuk terus menjaga perbuatan baiknya.

Jika hanya mengakui kesalahan dan tidak memperbaiki keadaan, sejatinya manusia dalam posisi yang tidak bersungguh-sungguh bertaubat. Allah menilai bukan hanya dari niat dan ungkapan permohonan taubat kita, namun Allah melihat amalan dan konsistensi perbuatan kita. Maka, kunci dari taubatan nasuha adalah amalan yang diperbaiki dan dilakukan secara konsisten. Bukan hanya perilaku sementara kemudian lupa untuk memperbaiki diri, dan akhirnya kembali lagi kepada kesalahan dan kekeliruan yang ada.

  1. Memohon Ampunan Allah

Sejatinya manusia adalah makhluk yang harus tunduk taat pada aturan Allah. Allah lah tempat bergantung hidup manusia. Kapan dan dimana saja, manusia akan selalu membutuhkan Allah, bahkan hingga mendapatkan berbagai kenikmatan, ujian kesulitan, dan lainnya, manusia membutuhkan Allah bukan Allah yang membutuhkan manusia.

Meskipun sudah melakukan evaluasi dan perbaikan, manusia tidak bisa sombong mengatakan bahwa taubat nya telah diterima. Hal ini karena Allah tidak pernah menyampaikan atau mengabarkannya kepada kita. Allah akan memberikan informasinya dan meminta pertanggungjawaban kelak saat hari penghisaban nanti. Untuk itu, manusia tetap harus meminta ampunan Allah setiap saat dan di waktu-waktu berdoa atau shalat kita.

Manusia tidak pernah bisa mengetahui secara sempurna kapan ia telah melakukan dosa dan pahala, karena perhitungan tersebut hnayalah Allah yang bisa menilainya. Untuk itu, dibutuhkan permohonan ampunan kepada Allah setiap waktu, karena kita tidak bisa terus menerus menyadari kesalahan apa yang telah kita perbuat.

Allah Maha Pengampun, maka kapanpun kita meminta ampunan, Allah selalu membukanya dengan luas. Pertanyaannya hanya, apakah manusia mau menjemput dan memohonkan ampunan tersebut kepada Allah SWT. Jika tidak, maka Allah pun tidak akan memberikannya, karena hati yang tertutup oleh kesombongan dan keangkuhan diri.

Cara Bertaubat dengan Taubatan Nasuha

Bertaubat dengan taubatan nasuha tentunya tidak asal-asalan dan Allah akan mengampuni jika manusia mengikuti kondisi-kondisi yang Allah syaratkan. Berikut adalah hal-hal yang harus umat islam perhatikan sebagai cara taubat nasuha :

  1. Hanya Orang Beriman yang Dapat Diampuni Allah

“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS : Al-A’raf : 153)

Allah akan memberikan ampunan dan menerima taubat orang-orang yang telah berbuat kesalahan dengan menghapuskannya dengan syarat dalam proses pertaubatannya adalah orang-orang yang datang meminta ampun dalam keadaan beriman. Mereka bukan hanya pura-pura beriman melainkan dalam kondisi yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Sedangkan orang-orang yang tidak beriman, tentu belum tentu diterima pertaubatannya karena belum jelas keimanannya disampaikan pada siapa.

Itulah salah satu manfaat beriman kepada Allah, maka umat yang beriman akan senantiasa diampuni kesalahan-kesalahan kecilnya oleh Allah SWT. Sedangkan mereka yang syirik atau kafir terhadap Allah, maka siksa Allah amatlah perih.

Beriman adalah kondisi dimana manusia benar-benar yakin dan tunduk pada Allah SWT, serta mengimana Zat Allah atau Hukum Allah seluruhnya tanpa kecuali. Termasuk meyakini rukun iman dan rukun islam seluruhnya, serta mengamaliahkannya dalam kehidupan.

Orang-orang yang tidak diterima taubatnya adalah orang-orang yang tidak meyakini dan tunduk kepada Allah SWt. Orang-orang tersebut berarti tergolong kepada orang-orang yang syirik dan tidak mau menggantungkan hidupnya kepada Allah.

  1. Bertaubat atas Kekhilafan Diri

Orang yang bertaubatan nasuha tidak akan mengulangi lagi kesalahannya bahkan ia akan menjauhi segala perbuatannya yang keliru dan membawakan dampak yang buruk. Taubatan nasuha adalah taubat yang bersungguh-sungguh dan melakukan kesalahan bukan karena disengaja melainkan karena khilaf atau ketidak tahuan. Hal itu dikarenakan orang beriman tidak akan melaksanakan hal-hal yang dilarang Allah secara sengaja. Ia akan diterima oleh Allah taubatnya asalkan tidak akan dilakukan kembali.

Orang yang bertaubat akan menyadari adanya kegelisahan hati karena tidak bisa berbuat yang benar. Untuk itu kedosaan adalah penyebab hati gelisah menurut islam bagi orang-orang yang beriman.

 “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS : An-Nisa : 17)

  1. Bertaubat Sebelum Ajal

Orang yang bertaubat sebelum ajal datang tidak akan bisa diterima oleh Allah karena sudah habis masa berlaku hidupnya sedangkan ia baru menyadari semuanya ketika ajal mejemput maka tidak akan ada waktu lagi pembuktian diri akan kesungguhan taubatnya. .

 “Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS : An-Nisa : 18 )

Hal-Hal yang Mendukung Proses Taubatan Nasuha

Taubatan Nasuha adalah proses, maka untuk melakukannya butuh hal-hal yang mendukung agar proses tersebut bisa konsisten dilakukan sepanjang hayat kita. Jika tidak mendukung, maka tentu proses taubatan nasuha akan sulit dilakukan secara istiqomah. Kita pun mengetahui bahwa manusia bisa saja salah dan terjebak kembali pada kekeliruan yang sama atau bisa jadi berbeda sama sekali.

  1. Lingkungan yang Sehat dan Islami

Lingkungan yang sehat dan islami adalah dimana kita dikelilingi oleh orang-orang yang shaleh dan shalehah dan terdapat ukhuwah islamiyah. Pengertian Ukhuwah Islamiyah Insaniyah dan Wathaniyah adalah ikatan persaudaraan sesama muslim yang kuat dan disertai kecintaan terhadap Allah SWT. Bukan hanya sekedar untuk bersama-sama dan tidak ada orientasi pada agama dan kebaikan.

Di dalamnya terdapat amar ma’ruf nahi munkar yaitu saling mengingatkan kebaikan dan saling menasihati dalam kebaikan pula. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang senantiasa mengingatkan teman-teman atau orang sekiatarnya agar terhindar dari keburukan.

Dengan berada di lingkungan yang sehat dan mendukung maka kita seperti dijaga dan dikondisikan dengan situasi yang sehat. Tidak selalu berarti lingkungan yang sehat tidak ada sama sekali orang-orang yang lepas dari dosa dan lepas dari kesahalan. Namun, dengan amar ma’ruf nahi munkar maka hal tersebut bisa diminimalisir.

Lingkungan seperti inilah yang dibutuhkan saat ini, di zaman moderen yang serba liberal, nilai-nilai hedonisme dan matrealisme yang semakin marak. Tentu perlu benteng yang kuat di tengah zaman yang seperti ciri-ciri akhir zaman ini.

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS Al-Ashr : 1-3)

  1. Amalan Ibadah Lainnya

Memperbanyak amalan ibadah salah satunya adalah menguatkan keimanan, menguatkan langkah dan proses kita untuk bertaubat. Disadari bahwa tidak selalu setiap saat kita akan bertemu dengan lingkungan yang sehat dan islami, untuk itu diperlukan kekuatan dari dalam diri untuk senantiasa mengingat Allah dan melakukan amalan ibadah lainnya sebagai Alarm diri kita.

Amalan ibadah ini dilakukan dengan keikhlasan, sedangkan ciri-ciri orang yang tidak ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT adalah selalu ingin menampakkan amalan ibadahnya di hadapan orang lain juga hanya berharap pujian dari manusia.

Fungsi agama islam salah satunya adalah cara agar kita bisa kuat menghadapi musibah dalam islam dan salah satu cara agar hati tenang dalam islam. Hal ini karena agama adalah tiang dari kehidupan, menuntun manusia untuk senantiasa berada di jalan kebaikan dan mengharapkan hanya balasan pahala dari Allah SWT.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Rad : 28)

Speak Your Mind

*