Tafsiran Lirik Lagu “Hijab Kekasih”

Lirik: Seth (Loloq)
Komposer/Penyanyi: M.Nasir

Malai rindu ku merintih kecintaan
Duduk termenung hanya bingung kerinduan
Walaupun jauh dari nyata
Kasih dan sayang telah lama ku satukan
Semua kasih ku dalam gemala
Ke laut jawi kan ku kirimkan salam
 
Duhai kasih hijab mu di sini
Mahsyur rupa mu di mata kalbu ini
Berbaringan diusik rindu azali
Dimanakah kekasih yang jauh dari ku
Memakan debu rindu mu
 
Segenap nafas ku melihat renungan mu
Wangi dan harum kau kekasih
Antara lamunan segala kalimah ku ini
Siapa yang mengerti
 
Menghilang tahun ku tahan dahaga
Setelah habis madah untuk sang puteri
Pautan kasih ku kenal sendiri
Teringin ku melihat sebalik hijab mu
Wajah yang ku puja
 
Kekasih lama sudah aku merindu
Larut nan denai larat nan damai
Haram kelamin untuk kita bercerai
Rasa kasih dan sayang dalam keredhaan mu
 
Tafsirannya di sebalik lirik lagu:

Apabila lagu ini ditafsirkan mengikut pandangan makrifat, lirik-liriknya akan mendapat pemahaman yang lebih mendalam dari segi kerohanian dan pengenalan terhadap hakikat cinta dan kasih sayang.

Lirik pertama, “Malai rindu ku merintih kecintaan, Duduk termenung hanya bingung kerinduan,” dapat dimaknai sebagai panggilan hati yang merindukan kasih cinta yang lebih tinggi, yang melampaui batasan dunia fisik. Penulis menyedari bahwa kerinduannya berasal dari kerinduan akan kekasih sejati, yang bukan hanya terbatas pada pengalaman duniawi.

Baris selanjutnya, “Walaupun jauh dari nyata, Kasih dan sayang telah lama ku satukan,” mengisyaratkan bahwa cinta dan kasih sayang sejati adalah suatu aspek yang telah dipersatukan oleh penulis dalam pengalaman kerohaniannya. Meskipun tidak terlihat secara nyata, hubungan ini tetap ada dan kuat dalam dimensi batiniah.

Lirik berikutnya, “Semua kasih ku dalam gemala, Ke laut jawi kan ku kirimkan salam,” mengacu pada pengalaman mistik di mana penulis mengirimkan salam dan ungkapan cintanya kepada Tuhan atau kekasih kerohanian melalui perantaraan atau simbolisasi gemala. “Laut Jawi” di sini bisa diertikan sebagai samudra Ilahi, tempat di mana salam cinta penulis dihantarkan kepada Tuhan.

“Duhai kasih hijab mu di sini, Mahsyur rupa mu di mata kalbu ini,” menyiratkan pengenalan dan kesadaran akan kehadiran Tuhan yang mengenakan hijab yang melindungi keindahan-Nya. Penulis mengalami kehadiran-Nya dalam hati dan merasakan keagungan dan keindahan yang menggetarkan jiwa.

Lirik selanjutnya, “Berbaringan diusik rindu azali, Dimanakah kekasih yang jauh dari ku, Memakan debu rindu mu,” menggambarkan kerinduan penulis yang mendalam dan azali (abadi) terhadap kekasih kerohanian yang tampaknya jauh. Rindu yang disebut sebagai “debu” mencerminkan kerinduan yang memenuhi seluruh ruang hati dan menghimpunkan segala pengalaman hidup.

Bahagian berikutnya, “Segenap nafas ku melihat renungan mu, Wangi dan harum kau kekasih, Antara lamunan segala kalimah ku ini, Siapa yang mengerti,” menunjukkan bahwa penulis merenungkan kehadiran kekasih kerohanian dalam setiap hembusan nafasnya. Kekasih tersebut melimpahkan keharuman dan keindahan kerohanian, tetapi hanya sedikit yang benar-benar memahami keadaan hati dan pengalaman penulis yang penuh dengan khalimah (pesan-pesan kerohanian).

“Menghilang tahun ku tahan dahaga, Setelah habis madah untuk sang puteri, Pautan kasih ku kenal sendiri, Teringin ku melihat sebalik hijab mu, Wajah yang ku puja,” menyampaikan rangkap ini sebagai mencerminkan perjalanan kerohanian penulis yang telah lama berada dalam pencarian, telah memberikan segala pujian dan ekspresi cintanya kepada sang kekasih kerohanian, dan menemukan ikatan yang mendalam dengan-Nya. Dia merindukan untuk melihat wajah kekasih kerohanian yang sangat dipuja, di luar batasan dunia fisik dan materi.

Lirik “Kekasih lama sudah aku merindu, Larut nan denai larat nan damai, Haram kelamin untuk kita bercerai, Rasa kasih dan sayang dalam keredaan mu” mengandung pesan kerohanian yang lebih mendalam. Penulis merindukan kekasih lama, yang mungkin mengacu pada hubungan batiniah yang telah dia jalin dalam pencarian kerohanian. Penulis mengungkapkan bahwa dia lelah dengan dunia material dan mencari kedamaian dalam hubungan kerohanian. Dia menyedari bahawa hubungan ini melampaui batasan fisik dan tidak boleh terputus oleh keinginan nafsu duniawi. Cinta dan kasih sayang yang sejati terletak dalam keredhaan dan kesucian yang dikehendaki oleh kekasih kerohanian.

Secara keseluruhan, dalam konteks pandangan makrifat, lagu ini menggambarkan perjalanan kerohanian dan rindu penulis untuk mencapai kekasih sejatinya, yang melampaui batas-batas dunia fisik. Lirik-lirik tersebut merujuk pada pengenalan terhadap Tuhan atau kekasih kerohanian, pengorbanan dalam pencarian, dan kesedaran akan nilai-nilai hakiki yang terkandung dalam hubungan cinta dan kasih sayang yang sejati.

Walau bagaimanapun, hanya penulis asal yang berhak memberikan tafsiran sebenar di sebalik lirik lagu tersebut. Wallahualam…
Suggestion for Citation:
Amerudin, S. (2023). Tafsiran Lirik Lagu "Hijab Kekasih". [Online] Available at: https://people.utm.my/shahabuddin/?p=6390 (Accessed: 11 May 2023).
Scroll to Top